Minggu, 04 November 2018

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA (VOKALISI)

 TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA
D. Vokalisis
      Vokalisis dipahami sebagai salah satu prosedur latihan suara dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai. Karena itu, vokalisis selalu dirancang sedemikian rupa agar berhasil guna menjembatani berbagai tujuan latihan suara.
      Ada rancangan vokalisis yang bertujuan untuk pemanasan/ persiapan, ada rancangan vokalisis yang bertujuan pembentukan suara, ada rancangan vokalisis yang bertujuan pembentukan, memperlebar, dan memperkeras ruang/rongga resonansi. Disamping semua itu, ada rancangan vokalisis yang sangat penting arti dan maknanya yaitu rancangan yang bertujuan pembentukan artikulasi.
     Rancangan vokalisis untuk pemanasan pada umumnya dilaksanakan dalam bentuk humming atau bersenandung menggunakan huruf “N”, “M”, seperti berikut ini.
Es, E, F, Fis= 1, 4/4.
// 1    .    .    .     / 2    .    .    .     / 3    .     .     .       / 2     .    .     .   / 1 . . 0 //
   m…………… m…………… m ……………... m………….. ..m …….
   n……………. n …………..... n ……………… n …………… n ……..
     Rancangan untuk keperluan vokalisis yang bertujuan pembentukan suara antara lain menggunakan medium “ma”, “ya”,“ka”, dan “ta” dalam etude yang dipersiapkan.
     Rancangan vokalisis yang bertujuan pembentukan resonansi menggunakan medium “Ni”, “Na”, dan “Ra”. Sedangkan rancangan vokalisis yang bertujuan pembentukan artikulasi menggunakan seluruh huruf hidup dengan berbagai variasi dan huruf mati dalam berbagai variasi.

1.Contoh etude pembentukan suara dalam berbagai tangga nada.
a. Pola motif menggunakan satu nada
/ 1    1   1     1  / 1 . . 0 / 2    2    2    2   / 2 . . 0 / 3   3    3    3 / 3 . 0 /
  ma ma ma ma ma       ma ma ma ma ma        ma ma ma ma ma
  Ya  ya ya   ya  ya        ya  ya  ya   ya  ya         ya  ya  ya  ya  ya
  Ka ka  ka  ka   ka        ka  ka  ka   ka  ka        ka  ka   ka  ka  ka
  Ta  ta   ta   ta   ta         ta   ta   ta    ta   ta         ta   ta   ta   ta    ta

/  4   4    4     4  / 4 . . 0 /3    3    3    3  / 3 . . 0  /2   2    2   2   / 2 . . o /
  ma ma ma ma ma       ma ma ma ma ma       ma ma ma ma ma
  ya  ya  ya  ya  ya         ya  ya  ya  ya  ya        ya   ya ya   ya  ya
  ka  ka  ka  ka  ka         ka   ka  ka  ka  ka       ka   ka ka   ka  ka
  ta   ta   ta   ta   ta         ta    ta   ta   ta   ta        ta    ta  ta    ta   ta

/ 1    1    1    1 / 1 . . 0 //
 ma ma ma ma ma
 ya  ya  ya  ya  ya
 ka  ka  ka  ka  ka
 ta   ta   ta  ta   ta

b. Pola motif menggunakan lima nada
// 1    2    3    4 / 5    4    3    2 / 1     2    3    4 / 5    4    3    2  / 1 . . 0 ://
  Ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma
  Ya  ya  ya  ya   ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya  ya
  Ka ka  ka  ka   ka  ka  ka   ka  ka  ka  ka  ka  ka  ka  ka  ka  ka
  Ta  ta   ta   ta    ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta   ta

c. Variasi pola motif menggunakan lima nada
     Variasi ini menggunakan irama walzt yang bertujuan memperoleh kekuatan atau power aksen kuat dan lembut.
C= 1 dst., ¾ ( walzt)
// 1 . 2 / 3 . 4 / 5 . 4 / 3 . 2 / 1 . 2 / 3 . 4 / 5 . 4 / 3 . 2 / 1 . 0 //
  Ya ya ya ya  ya ya ya ya  ya ya  ya ya ya ya  ya ya ya
  Ya  a   a   a    a   a   a   a    a   a    a   a   a   a   a   a   a

2. Contoh Etude pembentukan resonansi dalam berbagai tangga nada
      Medium yang digunakan adalah “Ni” dan “Na” serta “Ra” dengan tujuan memperoleh gaung resonansi dari huruf “N”, dan pelonggaran resonansi dari huruf “R”.

a. Pola semi motif menggunakan lima nada
// 1  2  3  4 / 5  5  5  5 / 5 . . 0 / 5  4  3  2 / 1  1  1  1 / 1 . . 0 ://
  Ni ni ni ni ni ni ni ni  ni         ni ni ni ni  ni ni ni ni ni
  Na na na na na na na  na       na na na na na na na na na na
  Ra ra ra ra ra ra  ra  ra ra       ra  ra ra ra ra ra ra ra ra

b. Pola semi motif menggunakan tangga nada
// 1 .  7   6 / 5 . . . / 4 . 3   2 / 1 . 3   5 / 1 . . 0 //
   Ni  ni ni   ni        ni  ni ni   ni  ni  ni  ni
   Na na na  na       na  na na  na na na na
   Ra ra  ra  ra        ra   ra ra   ra  ra  ra  ra

3. Contoh etude pembentukan artikulasi
C,Cis,D,Dis=1, 4/4
// 5     .     .      .           / 5 . . O        / 4     .      .     . /           4 . . O /
  A…O…E….I………U…………, A....O…E….I………U…………..,
/ 3     .      .     .          /3    .    .   0 /  2      .       .         .       / 2 . . 0 /
  A…O…E….I…….U…………, A….O….E……I…….U……………,
/ 1      .       .        .           / 1 . . O //
  A….O….E……I………U……………… .

4. Contoh etude penggabungan tujuan pembentukan suara dan resonansi menggunakan tri-suara panjang
Pola etude penggunaan tri-suara panjang ini bertujuan pembentukan suara dan resonansi. Interval yang meloncat ini memerlukan perhatian ganda yaitu terhadap posisi alat produksi suara dan alat resonansi suara
// 1    3    5   1  /   5    3   1    3  /  5   1    5    3  / 1 . . 0 ://
  Ma ma ma ma  ma ma ma ma ma ma ma ma  ma
  Ya  ya  ya  ya   ya   ya  ya   ya  ya  ya  ya  ya   ya

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA (SIKAP MULUT DALAM BERNYANYI)

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA

C. Sikap Mulut Dalam Bernyanyi 
  1. Sikap leher pada umumnya dalam kondisi normal dan rileks 
  2. Sikap tenggorokan ada dalam posisi yang diperlebar 
  3. Rahang didorong ke bawah bersamaan dengan pangkal lidah, sehingga terbentuk rongga mulut yang lebar. 
  4. Bibir
    • Bibir atas sedikit diangkat ke atas 
    • Bibir bawah sedikit diturunkan ke bawah 
    • Bibir bawah dan bibir atas membentuk corong

      Etude yang umum digunakan untuk membentuk bentuk bibir adalah seperti yang dikemukakan oleh Tim Pusat Musik Liturgi ( 1984; 16), yaitu:
 
F= 1, 4/4, Mula-mula dengan lambat, kemudian dengan cepat
// : 1  1  1  1  1  1  1   1 / 1 . . 0 : //
     U  I  U I  U  I  U   I   U
     O  E O E O E  O  E   O
Membentuk corong, nyanyikanlah “mm” agak kuat, kemudian nyanyikan “o” dengan bibir menirukan bentuk ujung terompet.
G=1, 4/4
/ 1    .     .    .      / 1    .    .     .             / 1     .     .     .        //
mmmmooooooo mmmmmoooooooo mmmmmooooooo
Es= 1, 4/4, cepat
Nyanyikalah “mo” di bawah ini dengan agak kuat sambil membentuk corong.
// 1   1    1    1  / 1   .   .   0  / 1    1    1     1  / 1 . . 0 //
 mo mo mo mo mo………. mo mo mo mo mo …………

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA (PENGENDALIAN LIDAH)

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA

B. Pengendalian Lidah
     Pengendalian lidah untuk keperluan bernyanyi dipahami sebagai prosedur yang penting agar ruang dan posisi mulut berada dalam keadaan yang siap untuk bernyanyi. Posisi lidah yang standar dalam bernyanyi adalah mendatar dengan ujung lidah menyentuh gigi seri bawah.
Posisi lidah seperti yang dimaksudkan itu dapat diperoleh dengan cara melatih pangkal lidah bergerak turun - kemudian bergerak naik. Men-drill atau melatih berulang-ulang pangkal lidah turun – naik dengan cara yang baik, diharapkan akan menjadi posisi yang standar dan permanen disetiap kegiatan bernyanyi.
     Ada minimal tiga fungsi dari posisi lidah yang baik dan standar, yaitu; pertama, garis ruang resonansi yang terbentuk oleh tenggorokan/leher dengan mulut selalu terbuka dengan baik. Kedua, posisi lidah yang standar akan memberikan bantuan artikulasi/pengucapan yang jelas, bulat, dan kokoh. Ketiga, produksi suara yang tebal, bulat, dan halus. Tim Pusat Musik Liturgi ( 1984; 17)

memberikan medium untuk latihan pengendalian lidah, yaitu: “ucapkanlah berulang-ulang dengan cepat : ru –ro –ra -ru –ro –ra, napas : ru-ro-ra-ru-ro-ra

           Pli-plo-pla-pli-plo-pla, napas:pli-plo-pla-pli-plo-pla

           La- la-la –la –la-la, napas: la- la- la – la- la- la”.

 

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA (RUANG RESONANSI)

TEKNIK DASAR PRODUKSI SUARA

A. Ruang Resonansi
      Pengertian ruang resonansi dalam kegiatan bernyanyi dipahami sebagai tempat bergetar seluruh suara yang telah diproduksi oleh pita suara. Suara yang diproduksi oleh pita suara itu beresonansi dengan baik sehingga menghasilkan suara yang berkualitas.
     Salah satu fungsi suara yang beresonansi adalah power atau kekuatan dan warna suara yang baik. Binsar Sitompul (1988; 33), mengatakan bahwa “suara yang bagus adalah hasil daripada cara pembentukan bunyi yang benar, dan sekaligus jiga adalah bekat resonansi yang baik”.
     Ruang resonansi vokal pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga tempat, yaitu: ruang resonansi dada, tengah dan kepala. Dengan perkataan lain yaitu: ruang resonansi bawah – tengah – dan atas. Ketiga tempat resonansi vokal ini pada umumnya selalu digunakan secara serentak dalam bernyanyi.
     Walaupun demikian, disatu saat tertentu perhatian terhadap masing-masing ruang resonansi akan selalu ada, terutama sewaktu akan menyanyikan satu, dua nada atau sebagian dari melodi.
     “Tim pusat musik liturgi” dalam bukunya “ Menjadi dirigen II- Membentuk suara” (1984; 30-31), menjelaskan bahwa perlu menyadari adanya resonansi, memperbesar ruang resonansi, memperkeras dinding-dinding rongga resonansi yang ada dalam tubuh, terutama yang ada di atas pita suara, seperti rongga dahi, rongga tulang baji, rongga rahang, rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung.
      Pendekatan penggunaan ruang resonansi dalam bernyanyi pada umumnya selalu diusahakan dengan cara yang rileks atau dengan kata lain yaitu dengan cara hati yang hangat. Tujuannya adalah agar dinding ruang resonansi dapat terbuka dengan baik sehingga dapar ikut bergetar secara maksimal.
      Ada beberapa pendekatan latihan yang digunakan agar ruang resonansi vokal ini berfungsi dengan baik. Prosesdur pertama, membuka dan memperlebar ruang resonansi dalam keadaan mulut tertutup. Bila posisi yang dikehendaki telah dicapai dengan baik, lalu kemudian membuka mulut. Prosedur kedua, membuka mulut untuk keperluan menyanyikan huruf A. 
      Pertanyaan berikut ini merupakan prosedur standar dan penting agar persiapan awal latihan vokal dapat membantu proses latihan produksi dan pembentukan suara vokal selanjutnya, yaitu: bagaimanakah cara mempersiapkan latihan vokal yang standar dan mudah?
      Didalam diktat ini hanya akan dijelaskan tentang prosedur pertama, yaitu membuka dan memperlebar ruang resonansi dalam keadaan mulut tertutup, lalu kemudian membuka mulut untuk keperluan menyanyikan huruf A. Tim pusat musik Liturgi ( 1984; 32) menjelaskan bahwa “ adapun cara bersenandung yang baik yakni dengan: 
 
1. bibir dikatupkan ringan
2. gigi atas dan bawah tidak dirapatkan, namun membentuk celah kurang lebih satu jari
3. lidah dalam keadaan lemas dengan permukaannya rata dan ujungnya menyentuh akar gigi bawah; pangkal lidah jangan ditekankan
4. rahang bawah luwes dan ringan; ronnga mulut dan tenggorokan harap membentuk ruang yang seluas mungkin”.
Langkah pertama adalah berdiri dengan posisi tegak dan rileks. Langkah kedua, menata hati yang hangat. Ketiga, memperhatikan langit-langit lunak dan keras yang terdapat dalam mulut. Keempat, memperhatikan posisi ujung lidah menempel gigi seri bawah. Langkah kelima, membuka dan memperlebar ruang resonansi leher dan mulut. Bila seluruh langkah pendekatan latihan yang telah disebutkan itu telah dilakukan dengan baik, lalu kemudian membuka mulut dengan cara pelahan. Agar diperoleh hasil yang baik dan maksimal, maka prosedur latihan vokal ini perlu dikerjakan dua atau tiga kali.
Prosedur awal latihan vokal: berdiri tegak dan rileks – menata hati yang hangat – perhatikan langit-langit lunak dan keras – perhatikan agar ujung lidah menempel gigi bawah – ruang resonansi leher dan mulut dibuka – lalu kemudian membuka mulut untuk menyanyikan huruf A secara pelahan.
  1. bibir dikatupkan ringan 
  2. gigi atas dan bawah tidak dirapatkan, namun membentuk celah kurang lebih satu jari 
  3. lidah dalam keadaan lemas dengan permukaannya rata dan ujungnya menyentuh akar gigi bawah; pangkal lidah jangan ditekankan 
  4. rahang bawah luwes dan ringan; ronnga mulut dan tenggorokan harap membentuk ruang yang seluas mungkin”.
      Langkah pertama adalah berdiri dengan posisi tegak dan rileks. Langkah kedua, menata hati yang hangat. Ketiga, memperhatikan langit-langit lunak dan keras yang terdapat dalam mulut. Keempat, memperhatikan posisi ujung lidah menempel gigi seri bawah. Langkah kelima, membuka dan memperlebar ruang resonansi leher dan mulut. Bila seluruh langkah pendekatan latihan yang telah disebutkan itu telah dilakukan dengan baik, lalu kemudian membuka mulut dengan cara pelahan. Agar diperoleh hasil yang baik dan maksimal, maka prosedur latihan vokal ini perlu dikerjakan dua atau tiga kali.
     Prosedur awal latihan vokal
  1. berdiri tegak dan rileks – 
  2. menata hati yang hangat – 
  3. perhatikan langit-langit lunak dan keras – 
  4. perhatikan agar ujung lidah menempel gigi bawah – 
  5. ruang resonansi leher dan mulut dibuka – 
  6. lalu kemudian membuka mulut untuk menyanyikan huruf A secara pelahan. 
 Contoh etude yang bertujuan menemukan resonansi awal didalam bernyanyi, yaitu seperti berikut ini.
Es, E, F, Fis, G= 1 4/4.
// 1       2       3      4    /  3      2       1       2   /  3       4       3      2    /  1   .   .    0 //
Ning  ning  ning ning  ning ning  ning  ning ning  ning  ning ning  ning………..
Nang nang nang nang nang nang nang nang nang nang nang nang nang……….