Menurut Koentjaraningrat
(1982:395-397), “kesenian merupakan
ekspresi manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada
mulanya bersifat deskriptif”. Masyarakat Batak Toba memiliki berbagai macam
bentuk kesenian, yaitu seni suara, seni tari, seni rupa dan seni sastra. Seni suara merupakan
suatu bentuk karya seni yang dapat dinikmati manusia melalui pendengaran,
seperti seni vokal, seni instrumental, dan seni sastra. Seni vokal yang
berkembang pada masyarakat Batak Toba, yaitu berupa ende mandideng yaitu musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan
anak, sedangkan seni suara melalui instrumen ada berupa bunyi atau repertoar
musik tradisional yang dimainkan dengan sulim,
hasapi, sarune etek, sarune bolon, garantung, saga-saga, mengmung, balobat,
taganing, ogung dan lain-lain.
Seni sastra terutama sastra lisan, yaitu berupa umpasa dan umpama yang
paling banyak dikuasai oleh masyarakat Batak Toba.
Seni rupa adalah suatu bentuk
kesenian yang dapat dinikmati melalui penglihatan (mata). Pada masyarakat Batak
Toba, ini dapat dilihat dari ukiran-ukiran pada rumah Batak (Jabu Bolon) yang menghiasi tiang-tiang
dan dinding. Seni tari dan gerak merupakan
gabungan antara seni musik dan gerak yang dapat dinikmati oleh manusia melalui
mata maupun telinga. Seni tari yang berkembang pada masyarakat Batak Toba, yaitu
berupa tor-tor, monsak, dan
lain-lain.
Seni Musik
Musik pada masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua
bagian besar, yaitu musik vokal dan musik instrumental.
MusikVokal
Musik
vokal tradisional pembagiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu
tersebut yang dapat dilihat dari liriknya. Ben Pasaribu (1986 : 27-28) membuat
pembagian terhadap musik vokal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian,
yaitu :
1.
Ende mandideng, adalah
musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak ( lullaby)
2.
Ende sipaingot,
adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan menikah.
Dinyanyikan pada saat senggang pada hari menjelang pernikahan tersebut.
3.
Ende pargaulan,
adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo-chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dalam waktu
senggang, biasanya malam hari.
4.
Ende tumba,
adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan saat pengiring tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari
dengan melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar.
Biasanya ende tumba ini dilakukan oleh remaja di alaman (halaman
kampung) pada malam terang bulan.
5.
Ende sibaran,
adalah musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang berkepanjangan. Penyanyinya
adalah orang yang menderita tersebut, yang menyanyi di tempat yang sepi.
6.
Ende pasu-pasuan,
adalah musik vokal yang berkenaan dengan pemberkatan. Berisi lirik-lirik
tentang kekuasaan yang abadi dari yang maha kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh
orang-orang tua kepada keturunannya.
7.
Ende hata,
adalah musik vokal yang berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara
monoton, seperti metric speech.
Liriknya berupa rangkaian pantun dengan bentuk aabb yang memiliki jumlah suku
kata yang sama. Biasanya dimainkan oleh kumpulan kanak-kanak yang dipimpin oleh
seorang yang lebih dewasa atau orang tua.
8.
Ende andung,
adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang telah
meninggal dunia, yang disajikan pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam ende andung melodinya datang secara
spontan sehingga penyanyinya haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan trampil
dalam sastra serta menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk jenis
nyanyian ini.
Demikian
juga Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony (1988 : 13) membagi kategori musik
vokal menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
Ende
namarhadohoan, yaitu musik vokal yang dinyanyikan untuk acara-acara namarhadohoan (resmi).
2.
Ende siriakon,
yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak Toba dalam kegiatan
sehari-hari.
3.
Ende sibaran,
yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan berbagai peristiwa
kesedihan atau dukacita.
Dari
beberapa jenis musik vokal tersebut yang sering terdapat di kota
Medan adalah
jenis ende andung dan ende sibaran, dimana saat terjadi
peristiwa dukacita, maka akan ada ada beberapa pihak dari keluarga yang meninggal
dunia tersebut yang mengandungi jenazah orang yang meninggal dunia tersebut sebelum dimakamkan.
Musik Instrumental
Dalam
musik instrumental ada beberapa instrumen yang lazim digunakan dalam ansambel
maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dalam upacara
adat, religi maupun sebagai hiburan.
Pada
masyarakat Batak Toba terdapat dua ansambel musik tradisional, yaitu: ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain itu ada juga instrument musik
tradisional yang digunakan secara tunggal.
Ansambel Gondang Hasapi
Beberapa
instrumen yang terdapat dalam ansambel gondang
hasapi adalah sebagai berikut:
1.
Hasapi ende (plucked lute dua senar) jenis chordophone yang berfungsi sebagai
pembawa melodi, dimainkan dengan cara mamiltik
(dipetik).
2.
Hasapi doal (plucked lute dua senar), sama denga hasapi ende, namun hasapi doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan, dan berukuran
lebih besar dari hasapi ende.
3.
Sarune etek (shawm), kelompok aerophone yang memiliki reed tunggal (single reed) dimainkan dengan mangombus
marsiulak hosa (meniup dengan terusmenerus).
4.
Garantung,
kelompok xylophone, pembawa melodi
juga sebagai pembawa ritem variabel pada lagu-lagu tertentu. Dimainkan dengan
cara dipalu.
5.
Hesek,
instrumen idiophone sebagai pembawa
tempo (ketukan dasar).
Ansambel Gondang Sabangunan
Beberapa
instrumen yang terdapat dalam ansambel gondang
sabangunan adalah sebagai berikut:
1. Taganing, kelompok membranophone, dari segi teknis, instrumen taganing memiliki
tanggung jawab dalam penguasaan repertoar dan memainkan melodi bersama-sama
dengan
2. sarune bolon. Walaupun tidak
seluruh repetoar berfungsi sebagai pembawa melodi, namun pada setiap penyajian
gondang, taganing berfungsi sebagai “pengaba” atau “dirigen” (pemain group
gondang) dengan isyarat- isyarat ritme yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota
ensambel dan pemberi semangat kepada pemain lainnya.
3. Gordang (single headed drum) ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel,
yaitu memainkan iringan musik lagu yang bervariasi.
4. Sarune (shawm) kelompok aerophone
yang doble reed berfungsi sebagai
alat untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan oleh taganing.
4. Ogung
Oloan (pemimpin atau yang harus dituruti) ogung Oloan mempunyai
fungsi sebagai instrumen ritme konstan, yaitu memainkan iringan irama lagu dengan
model yang tetap. Fungsi ogung oloan ini
umumnya sama dengan fungsi ogung ihutan,
ogung panggora dan ogung doal dan sedikit sekali
perbedaannya. Ogung doal
memperdengarkan bunyinya tepat di tengah-tengah dari dua pukulan hesek dan menimbulkan suatu efek synkopis nampaknya merupakan suatu ciri khas dari gondang sabangunan. Fungsi dari ogung panggora ditujukan pada dua
bagian. Di satu bagian, ia berbunyi bersamaan dengan tiap pukulan yang kedua,
sedang di bagian lain sekali berbunyi bersamaan dengan ogung ihutan dan sekali lagi bersamaan dengan ogung oloan. Oleh
karena musik dari gondang sabangunan ini pada umumnya dimainkan dalam tempo
yang cepat, maka para penari maupun pendengar hanya berpegang pada bunyi ogung
oloan dan ihutan saja. Berdasarkan hal ini, maka ogung oloan yang berbunyi
lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang harus di turuti” , sedang ogung
ihutan yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang menjawab” atau “Yang menuruti”.
Maka dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi yang berlangsung antara ogung
oloan dan ogung ihutan dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan
“tanya jawab”.
Ogung Ihutan atau Ogung
pangalusi (Yang menjawab atau yang menuruti).
Ogung panggora atau Ogung
Panonggahi (Yang berseru atau yang membuat orang terkejut).
Ogung Doal
5. Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara
bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrumen akan terasa
kurang lengkap. Walaupun bentuk instrumen dan suaranya sederhana saja, namun
peranannya penting dan menentukan sebagai pembawa tempo.
Instrumen Tunggal
Instrumen
tunggal adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang terlepas dari
ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. instrumen yang termasuk
instrumen tunggal dalam masyarakat Batak Toba antara lain:
1. Sulim (transverse flute), kelompok aerophone. Dimainkan dengan meniup dari
samping (side blown flute), berfungsi
membawa melodi
2. Saga-saga (jew’s harp) klasifikasi idiophone. Dimainkan dengan menggetarkan
lidah dan instrumenttersebut di rongga mulut sebagai resonatornya.
3.
Jenggong (jew’s harp) mempunyai konsep yang sama
dengan saga-saga, namun materinya
berbeda karena terbuat dari logam.
4. Talatoit (transverse flute), sering juga disebut salohat atau tulila. Dimainkan dengan meniup dari samping. Kelompok aerophone.
5.
Sordam (long flute) terbuat dari bambu, kelompok
aerophone, dimainkan dengan ditiup
dari ujung (end blown flute).
6. Tanggeteng,
alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu sebagai resonatornya.
Dari
ketiga jenis seni musik instrumental di atas, yang kerap ditemukan di kota
Medan hanyalah ansambel gondang
sabangunan, sedangkan ansambel gondang
hasapi sudah sangat jarang, namun demikian terdapat juga beberapa
pengggabungan antara instrumen tunggal dengan anasambel gondang hasapi yang di
kota Medan sering disebut uning-uningan,
juga sering digabungkan dengan instrumen musik barat seperti, keyboard, guitar, bass, drum, saxophone,
trompet, yang di kota Medan sering disebut brass band atau musik tiup.