Sabtu, 20 Oktober 2018

SENI MUSIK PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

Menurut Koentjaraningrat (1982:395-397), “kesenian merupakan ekspresi manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif”. Masyarakat Batak Toba memiliki berbagai macam bentuk kesenian, yaitu seni suara, seni tari, seni rupa dan seni sastra. Seni suara merupakan suatu bentuk karya seni yang dapat dinikmati manusia melalui pendengaran, seperti seni vokal, seni instrumental, dan seni sastra. Seni vokal yang berkembang pada masyarakat Batak Toba, yaitu berupa ende mandideng yaitu musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak, sedangkan seni suara melalui instrumen ada berupa bunyi atau repertoar musik tradisional yang dimainkan dengan sulim, hasapi, sarune etek, sarune bolon, garantung, saga-saga, mengmung, balobat, taganing, ogung dan lain-lain.                           
         Seni sastra terutama sastra lisan, yaitu berupa umpasa dan umpama yang paling banyak dikuasai oleh masyarakat Batak Toba.                                        
     Seni rupa adalah suatu bentuk kesenian yang dapat dinikmati melalui penglihatan (mata). Pada masyarakat Batak Toba, ini dapat dilihat dari ukiran-ukiran pada rumah Batak (Jabu Bolon) yang menghiasi tiang-tiang dan dinding. Seni tari dan gerak merupakan gabungan antara seni musik dan gerak yang dapat dinikmati oleh manusia melalui mata maupun telinga. Seni tari yang berkembang pada masyarakat Batak Toba, yaitu berupa tor-tor, monsak, dan lain-lain.

Seni Musik                                                                                              
       Musik pada masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bagian besar, yaitu musik vokal dan musik instrumental.                      

MusikVokal                                                                                                   
       Musik vokal tradisional pembagiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat dilihat dari liriknya. Ben Pasaribu (1986 : 27-28) membuat pembagian terhadap musik vokal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian, yaitu :
1.      Ende mandideng, adalah musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak ( lullaby)
2.      Ende sipaingot, adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan menikah. Dinyanyikan pada saat senggang pada hari menjelang pernikahan tersebut.
3.      Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo-chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dalam waktu senggang, biasanya malam hari.
4.      Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan saat pengiring tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini dilakukan oleh remaja di alaman (halaman kampung) pada malam terang bulan.
5.      Ende sibaran, adalah musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut, yang menyanyi di tempat yang sepi.
6.      Ende pasu-pasuan, adalah musik vokal yang berkenaan dengan pemberkatan. Berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari yang maha kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh orang-orang tua kepada keturunannya.
7.      Ende hata, adalah musik vokal yang berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan bentuk aabb yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya dimainkan oleh kumpulan kanak-kanak yang dipimpin oleh seorang yang lebih dewasa atau orang tua.
8.      Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang telah meninggal dunia, yang disajikan pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam ende andung melodinya datang secara spontan sehingga penyanyinya haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan trampil dalam sastra serta menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk jenis nyanyian ini.
Demikian juga Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony (1988 : 13) membagi kategori musik vokal menjadi tiga jenis, yaitu:
1.      Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang dinyanyikan untuk acara-acara namarhadohoan (resmi).
2.      Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak Toba dalam kegiatan sehari-hari.
3.      Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita.
Dari beberapa jenis musik vokal tersebut yang sering terdapat di kota Medan adalah jenis ende andung dan ende sibaran, dimana saat terjadi peristiwa dukacita, maka akan ada ada beberapa pihak dari keluarga yang meninggal dunia tersebut yang mengandungi jenazah orang yang meninggal dunia tersebut sebelum dimakamkan.

Musik Instrumental
Dalam musik instrumental ada beberapa instrumen yang lazim digunakan dalam ansambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dalam upacara adat, religi maupun sebagai hiburan.
Pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ansambel musik tradisional, yaitu: ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain itu ada juga instrument musik tradisional yang digunakan secara tunggal.

Ansambel Gondang Hasapi
Beberapa instrumen yang terdapat dalam ansambel gondang hasapi adalah sebagai berikut:
1.      Hasapi ende (plucked lute dua senar) jenis chordophone yang berfungsi sebagai pembawa melodi, dimainkan dengan cara mamiltik (dipetik).
2.      Hasapi doal (plucked lute dua senar), sama denga hasapi ende, namun hasapi doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan, dan berukuran lebih besar dari hasapi ende.
3.      Sarune etek (shawm), kelompok aerophone yang memiliki reed tunggal (single reed) dimainkan dengan mangombus marsiulak hosa (meniup dengan terusmenerus).
4.      Garantung, kelompok xylophone, pembawa melodi juga sebagai pembawa ritem variabel pada lagu-lagu tertentu. Dimainkan dengan cara dipalu.
5.      Hesek, instrumen idiophone sebagai pembawa tempo (ketukan dasar).

Ansambel Gondang Sabangunan
Beberapa instrumen yang terdapat dalam ansambel gondang sabangunan adalah sebagai berikut:
1.   Taganing, kelompok membranophone, dari segi teknis, instrumen taganing memiliki tanggung jawab dalam penguasaan repertoar dan memainkan melodi bersama-sama dengan
2.    sarune bolon. Walaupun tidak seluruh repetoar berfungsi sebagai pembawa melodi, namun pada setiap penyajian gondang, taganing berfungsi sebagai “pengaba” atau “dirigen” (pemain group gondang) dengan isyarat- isyarat ritme yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota ensambel dan pemberi semangat kepada pemain lainnya.
3.  Gordang (single headed drum) ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel, yaitu memainkan iringan musik lagu yang bervariasi.
4.  Sarune (shawm) kelompok aerophone yang doble reed berfungsi sebagai alat untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan oleh taganing.
4.      Ogung Oloan (pemimpin atau yang harus dituruti) ogung Oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan, yaitu memainkan iringan irama lagu dengan model yang tetap. Fungsi ogung oloan ini umumnya sama dengan fungsi ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal dan sedikit sekali perbedaannya. Ogung doal memperdengarkan bunyinya tepat di tengah-tengah dari dua pukulan hesek dan menimbulkan suatu efek synkopis nampaknya merupakan suatu ciri khas dari gondang sabangunan. Fungsi dari ogung panggora ditujukan pada dua bagian. Di satu bagian, ia berbunyi bersamaan dengan tiap pukulan yang kedua, sedang di bagian lain sekali berbunyi bersamaan dengan ogung ihutan dan sekali lagi bersamaan dengan ogung oloan. Oleh karena musik dari gondang sabangunan ini pada umumnya dimainkan dalam tempo yang cepat, maka para penari maupun pendengar hanya berpegang pada bunyi ogung oloan dan ihutan saja. Berdasarkan hal ini, maka ogung oloan yang berbunyi lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang harus di turuti” , sedang ogung ihutan yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang menjawab” atau “Yang menuruti”. Maka dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi yang berlangsung antara ogung oloan dan ogung ihutan dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan “tanya jawab”.                                                
     Ogung Ihutan atau Ogung pangalusi (Yang menjawab atau yang menuruti).               
  Ogung panggora atau Ogung Panonggahi (Yang berseru atau yang membuat orang terkejut).                                                                             
   Ogung Doal
5. Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrumen akan terasa kurang lengkap. Walaupun bentuk instrumen dan suaranya sederhana saja, namun peranannya penting dan menentukan sebagai pembawa tempo.     
 
Instrumen Tunggal                                                                        
            Instrumen tunggal adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang terlepas dari ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. instrumen yang termasuk instrumen tunggal dalam masyarakat Batak Toba antara lain:
1.   Sulim (transverse flute), kelompok aerophone. Dimainkan dengan meniup dari samping (side blown flute), berfungsi membawa melodi
2.   Saga-saga (jew’s harp) klasifikasi idiophone. Dimainkan dengan menggetarkan lidah dan instrumenttersebut di rongga mulut sebagai resonatornya.
3.      Jenggong (jew’s harp) mempunyai konsep yang sama dengan saga-saga, namun materinya berbeda karena terbuat dari logam.
4.     Talatoit (transverse flute), sering juga disebut salohat atau tulila. Dimainkan dengan meniup dari samping. Kelompok aerophone.
5.      Sordam (long flute) terbuat dari bambu, kelompok aerophone, dimainkan dengan ditiup dari ujung (end blown flute).
6.     Tanggeteng, alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu sebagai resonatornya.
  Dari ketiga jenis seni musik instrumental di atas, yang kerap ditemukan di kota Medan hanyalah ansambel gondang sabangunan, sedangkan ansambel gondang hasapi sudah sangat jarang, namun demikian terdapat juga beberapa pengggabungan antara instrumen tunggal dengan anasambel gondang hasapi yang di kota Medan sering disebut uning-uningan, juga sering digabungkan dengan instrumen musik barat seperti, keyboard, guitar, bass, drum, saxophone, trompet, yang di kota Medan sering disebut brass band atau musik tiup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar